*Sansevieria Langka Berharga Rp 30 Juta
Sansevieria atau biasa disebut lidah mertua ini bagi penggemar tanaman hias masih diminati. Wajar, karena bentuknya yang sensual dan khas. Belum lagi khasiatnya yang baik untuk kesehatan, yaitu sebagai penyerap antioksidan.
Sansevieria adalah tanaman hias yang cukup populer dan sering digunakan sebagai tanaman hias di dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Tanaman ini berkembangbiak melalui umbi lapis . Sebagai tanaman gurun, sansevieria memiliki bentuk yang terbilang minimalis. Tanpa banyak variasi, tanpa batang, dengan daun berstruktur keras. Karena bentuk yang tak biasa inilah, hati kolektor biasanya mulai kesengsem dengan tanaman yang sering digunakan anak kecil untuk mainan ‘pedang-pedangan' ini.
Bentuknya yang unik, serta khasiatnya yang baik untuk menyerap radikal bebas, sansevieria juga dikenal memiliki serat yang kuat. Beberapa negara sudah mengembangkan industri tekstilnya dengan berbahan dasar tanaman ini. Selain sebagai bahan dasar produk tekstil, di Amerika, sansevieria akrab dengan tentara. Serat sansevieria yang kuat sering dimanfaatkan oleh tentara untuk menarik tank yang terjebak di lautan pasir.
“Menurut literatur yang pernah saya baca, tanaman ini sering dirangkai dan menjadi tali. Rangkaian sansevieria ini konon sangat kuat, bahkan bila dibandingkan dengan tali tambang sekalipun,” kata Syaichul Anam, Kolektor yang juga pemilik Gallery Black Gold Sansevieria Collection di Sidoarjo, Jatim.
Sebagai distributor sekaligus kolektor tanaman hias, Syaichul juga memiliki jenis sansevieria andalan. Sansevieria andalan itu dari jenis Bolpho Pyllom asal Amerika. Jenis ini adalah salah satu jenis sansevieria silindris langka yang biasa hidup di gurun pasir.
Ia mendapatkan sansevieria langka ini dari teman sesama kolektor sekitar tahun 2006 lalu. Begitu melihatnya, Syaichul langsung tertarik dengan tanaman ini. Meski tak mau menyebut berapa harga yang dikeluarkan pada saat itu, pria kelahiran Surabaya, 6 Oktober 1963, ini mengaku kagum dengan tanaman ini, karena bentuknya yang sudah bercabang tiga. Tak sia-sia, salah satu koleksi sansevieria langka yang kini berusia 10 tahun ini pun pernah juga dikagumi oleh kolektor yang lain.
“Pada setiap pameran saya selalu membawa tanaman ini. Dan sesekali orang bertanya untuk dapat membelinya. Sampai sekarang, nilai yang pernah diajukan pernah mencapai sekitar Rp 30 juta,” terang Syaichul.
Mengingat langka dan keunikan Bolpho Pyllom miliknya, Syaichul pun berusaha untuk memperbanyak dan membudidayakan koleksinya ini. Berbagai cara pun ia lakukan demi mendapat bibit tanaman ini.
Antisipasi Hama dan Penyakit
Pada dasarnya tidak terlalu banyak hama dan penyakit yang menyerang sansevieria. Namun demikian beberapa hama dan patogen penyebab penyakit sering mengganggu pertumbuhan tanaman ini. Hama pada sansevieria umumnya dari jenis serangga yang merusak tanaman. Sedangkan penyakit yang menyerang adalah jamur dan bakteri.
- Hama
Siput
Siput yang telanjang atau yang berumah akan menyerang bagian daun, bahkan akar tanaman. Gejalanya mudah dikenali, karena tampak adanya bekas gigitan pada daun dan kotoran yang berserakan di sekitar tanaman. Siput aktif menyerang sansevieria pada malam hari. “Pada umumnya, pemberantasan hama ini bisa dilakukan secara manual, yakni dengan cara mengambil dan membuang siput yang umumnya berada di bagian bawah daun. Akan tetapi, bila serangannya cukup hebat, dapat digunakan melusida Metaphar atau Moluskil dengan dosis sesuai anjuran,” ujar Syaichul.
Thrips
Selain siput, hama jenis thrips juga sering menyebabkan kerusakan yang parah. Hama jenis ini menghisap cairan tanaman, sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Di Indoensia, thrips yang menyerang biasanya dari jenis Herciotrips Feronalis . Hama ini biasanya akan menyerang pada musim kemarau. Thrips dapat diberantas dengan Kelthane, Tracer, atau Supracide dengan dosis sesuai anjuran.
Penyakit
Penyakit yang menyerang sansevieria umumnya merupakan gangguan yang diakibatkan oleh adanya patogen atau jasad renik yang tidak terlihat oleh mata biasa.
- Busuk lunak (becterial stem rot)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia Carotovora yang menyerang daun atau akar tanaman, terutama menginfeksi melalui luka yang menganga. Daun atau akar yang terserang tampak berwarna kecoklat-coklatan dan terasa lunak bila dipegang, berlendir, serta berbau tidak enak, dan lama kelamaan akan berubah seperti bubur.
Penyakit ini muncul apabila kondisi tanaman lembab akibat hujan yang terus menerus dan kurang cahaya. Patogen ini cepat menyebar melalui perantara air, serangga, tangan, alat pertanian, ataupun pakaian pekerja.
Cara mengatasi serangan patogen ini adalah dengan memangkas bagian yang terkena serangan dan mengolesinya dengan Na-hipoklorit ( Clorox ), serta membakar bagian yang terkena serangan. Sementara, untuk mencegah serangan bagian lainnya digunakan bakterisida Agrept sesuai dosis anjuran.
- Busuk akar
Busuk akar disebabkan oleh jamur Aspergillus niger. Jamur ini muncul apabila kondisi media tumbuh terlalu basah. Apabila jamur ini telah menyerang, satu-satunya cara agar serangan tidak meluas adalah sebagai berikut :
- Angkat tanaman dan potong akar yang busuk. Akan terlihat kumpulan spora jamur yang berwarna coklat kehitam-hitaman.
- Cuci perakaran sampai bersih dan rendam sebentar dalam larutan fungisida (misalnya : Aliette dengan dosis sesuai anjuran dan labelnya).
- Tanaman dalam media baru.
- Bakar media yang lama, karena telah tercemar spora jamur.
- Bercak daun
Gejala serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium Moniliforme ini khas sekali, yaitu munculnya warna ungu kemerah-merahan pada daun yang terserang. Selanjutnya, bercak kemerah-merahan akan melebar dan membentuk luka. Pemupukan nitrogen yang terlalu tinggi akan memacu serangan fusarium ini.
Untuk mencegah meluasnya serangan, lakukan langkah-langkah berikut :
- Mula-mula, keluarkan tanaman dari pot dan buang bagian yang sakit.
- Selanjutnya, tanam dalam media baru dan semprot dengan fungisida (misalnya : Benlate, Dithane, atau Antracol dengan dosis sesuai label).
Cara pengendalian Hama & Penyakit Sansevieria
“Terdapat empatjenis pengendalian yang sering saya gunakan sebagai tindakan pencegahan. Tindakan tersebut antara lain pengendalian mekanis, sanitasi, kultur teknis, dan pengendalian kimiawi,” kata Syaichul.
- Pengendalian mekanis
Pengendalian secara mekanis dilakukan apabila serangan hama masih dalam jumlah terbatas. Misalnya, siput dapat diambil dengan tangan dan dibunuh. Demikian juga dengan kutu yang terdapat pada bagian daun dapat didorong dengan kuku dan dibunuh. Semut-semut yang tidak terlalu banyak pun dapat diambil secara manual dengan tangan.
- Sanitasi
Menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu cara untuk menangkal serangan hama dan penyakit. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman merupakan tempat persembunyian yang disukai hama dan patogen penyebab penyakit. Dengan membersihkan kebun secara rutin, hama tidak mempunyai kesempatan untuk bersembunyi. Selain itu, kebun yang bersih akan sedap dipandang dan merupakan lingkungan kerja yang baik.
- Kultur teknis
Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman. Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama dan penyakit secara dini.
- Pengendalian Kimiawi
Apabila serangan hama dan penyakit telah berada di ambang batas atau mencapai 10%, pengendalian secara kimiawi merupakan pilihan. Akan tetapi, pemakaian bahan kimia secara berlebihan akan membawa dampak negatif bagi lingkungan. Untuk itulah penggunaanya harus terkontrol. [adi]
Dikutip dari http://www.tabloidgallery.tk/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar